Pola Asuh Orang Tua Mempengaruhi Pergaulan Anak
Apa sih penyebab kemampuan bergaul anak berbeda-beda?
Percaya
atau tidak, penyebab pertama adalah gaya pengasuhan orangtua. Anak yang
diasuh oleh orangtua yang hangat, sensitif, dan asertif diistilahkan
oleh Baumrind (1971, dalam Santrock, 2002) sebagai authoritative parent,
cenderung menjadi anak yang disukai oleh anak-anak lain.
Mengapa?
Karena
mereka merasa diterima oleh lingkungan terdekatnya, sehingga merasa
aman dan nyaman, dan percaya. Anak-anak ini juga mendapatkan contoh
berperilaku yang positif dari orangtuanya sehingga dengan mudah
mempraktekkannya ke pergaulan sehari-hari. Tanggapan positif dari
teman-temannya akan menjadikan dirinya semakin percaya diri, dan pada
akhirnya semakin mampu masuk dalam berbagai situasi pergaulan. Lain
dengan anak yang diasuh oleh orangtua otoriter, yaitu orangtua yang
terlalu banyak marah, terlalu mengatur dan menuntut, serta banyak
menghukum, cenderung menjadi anak yang tidak disukai oleh anak lain.
Sementara
itu, anak yang dibesarkan oleh orangtua yang kurang peduli cenderung
merasa tidak membutuhkan teman lain, tidak tahu pula bagaimana cara
berperilaku yang baik di lingkungan pergaulan, sehingga sering menjadi
anak yang diabaikan pula oleh teman-temannya.
Padahal
semakin sering anak ditolak atau diabaikan oleh teman-temannya, akan
menciptakan 'luka' tambahan bagi anak. Anak akan merasa semakin gagal
sebagai individu, merasa semakin frustrasi, dan pada akhirnya semakin
sering menunjukkan perilaku negatif dalam berteman, jika tidak
mendapatkan penanganan yang tepat.
Pengaruh temperamen anak
Memang bukan hanya pola asuh orangtua yang berperan. Temperamen anak juga menentukan apakah anak akan disukai atau tidak oleh teman¬temannya. Anak yang easy-going cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, mampu memberikan respon yang tepat terhadap orang dan kondisi yang berbeda, dan pada akhirnya cenderung lebih disukai teman. Anak yang slow-to-warm-up alias perlu waktu lebih lama untuk ber¬adaptasi, setelah mampu beradaptasi akan lebih disukai oleh teman-teman¬nya. Sementara itu anak yang terlahir dengan temperamen sulit memang perlu lebih banyak usaha untuk bisa disukai, sehingga orangtuanya perlu banyak membantu agar anak mengerti dan mampu mempraktekkan berbagai perilaku sosial yang positif.
Anak cerdas lebih disukai?
Kecerdasan anak seringkali juga men¬jadi penentu apakah ia disukai atau tidak. Anak yang cerdas akan lebih mudah menangkap situasi sosial. Jika ia paham dan terlatih untuk bergaul, maka ia akan lebih mampu memberikan respon yang tepat, sehingga akan lebih disukai. Selain itu, anak-anak cerdas di sekolah sering jadi tumpuan harapan teman untuk belajar bersama. Sementara anak yang kemampuan inteligensinya rendah perlu lebih banyak strategi untuk bisa disukai teman.
Pengaruh penampilan anak
Ternyata penampilan anak juga dapat memprediksi seberapa banyak teman¬nya. Anak-anak yang dianggap cantik, gagah, atau keren cenderung lebih menarik untuk didekati. Jika anak¬anak ini mampu menggunakan 'modal' tersebut untuk bergaul, maka mereka akan punya banyak teman.
Jika kemampuan sosialnya mencakup pamer atau sombong (yang kurang disukai teman lain), maka anak ini dapat menjadi anak kontroversial, yang banyak disukai sekaligus banyak dibenci temannya.
Sumber
Pengaruh temperamen anak
Memang bukan hanya pola asuh orangtua yang berperan. Temperamen anak juga menentukan apakah anak akan disukai atau tidak oleh teman¬temannya. Anak yang easy-going cenderung lebih mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, mampu memberikan respon yang tepat terhadap orang dan kondisi yang berbeda, dan pada akhirnya cenderung lebih disukai teman. Anak yang slow-to-warm-up alias perlu waktu lebih lama untuk ber¬adaptasi, setelah mampu beradaptasi akan lebih disukai oleh teman-teman¬nya. Sementara itu anak yang terlahir dengan temperamen sulit memang perlu lebih banyak usaha untuk bisa disukai, sehingga orangtuanya perlu banyak membantu agar anak mengerti dan mampu mempraktekkan berbagai perilaku sosial yang positif.
Anak cerdas lebih disukai?
Kecerdasan anak seringkali juga men¬jadi penentu apakah ia disukai atau tidak. Anak yang cerdas akan lebih mudah menangkap situasi sosial. Jika ia paham dan terlatih untuk bergaul, maka ia akan lebih mampu memberikan respon yang tepat, sehingga akan lebih disukai. Selain itu, anak-anak cerdas di sekolah sering jadi tumpuan harapan teman untuk belajar bersama. Sementara anak yang kemampuan inteligensinya rendah perlu lebih banyak strategi untuk bisa disukai teman.
Pengaruh penampilan anak
Ternyata penampilan anak juga dapat memprediksi seberapa banyak teman¬nya. Anak-anak yang dianggap cantik, gagah, atau keren cenderung lebih menarik untuk didekati. Jika anak¬anak ini mampu menggunakan 'modal' tersebut untuk bergaul, maka mereka akan punya banyak teman.
Jika kemampuan sosialnya mencakup pamer atau sombong (yang kurang disukai teman lain), maka anak ini dapat menjadi anak kontroversial, yang banyak disukai sekaligus banyak dibenci temannya.
Sumber
Blog Ini Didukung Oleh :
0 comments:
Post a Comment